Sabtu, 27 April 2013

Pengembangan Sains AUD



BAB I
PENDAHULUAN
I.    LATAR BELAKANG
Pengembangan pembelajaran sains pada anak, termasuk bidang pengembangan lainnya yang memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. Kesadaran pentingnya pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus menerus bahkan makin menuju masa depan, semakin kompleks ruang lingkupnya, dan tentunya akan semakin memerlukan sains. Hakekat sains perlu dikaji, dipelajari dan ditekuni. Anak-anak sebagai generasi yang dipersiapkan untuk mengisi masa depan yang diduga akan semakin rumit, berat dan banyak problemanya perlunya dibekali penguasaan sains yang memadai, tepat, bermakna dan fungsional. Dengan prediksi masa depan yang demikian,pembekalan sains bagi mereka menjadi mutlak, sehingga sains pada diri mereka muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupannya kelak.
Berhasil tidaknya proses dan hasil suatu bidang pengembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantara faktor fundamental yang turut berpengaruh adalah para pengajar dan pendidik sains. Agar pembekalan sains pada anak dapat berjalan optimal, hendaklah mereka yang terlibat program pembekalan sains betul-betul memahami hakekat sains secara benar, lebih-lebih yang dikaitkan dengan karakteristik anak usia dini sebagai subyeknya.
II.RUMUSAN MASALAH.
Dari penjabaran diatas dapat di ambil rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1.      Apa pengertian pengembangan sains/IPA ?
2.      Apa hubungan  IPA dengan kecerdasan majemuk?
3.      Apakah teori perkembangan otak?
4.      Bagaimana cara membangun pengetahuan?
5.      Apakah sains/IPA sebagai produk dan proses bagaimana anak mempelajari IPA /Sains?
6.      Bagaimana memunculkan penemuan sendiri dan rasa ingin tahu yang positif pada anak?
III.             TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian IPA/Sains.
2.      Untuk mengetahui hubungan IPA dengan kecerdasan majemuk.
3.      Untuk mengetahui teori perkembangan otak.
4.      Untuk mengetahui sains sebagai produk dan proses anak-anak mempelajari IPA/Sains.
5.      Untuk memunculkan penemuan sendiri dan rasa ingin tahu yang positif pada anak.



      BAB II
                                                                     PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Dari sudut bahasa, sains atau science ,berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia artinya pengetahuan. Dari sudut etimologis yang tepat tentang sains yaitu bahasa Jerman, merujuk kata Wissensschaft, yang memiliki pengertian penetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.
Secara konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan oleh para ahli. Amien (1987), mendefinisikan sains sebagai sebagai bidang ilmu ilmiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) .  Sedangkan  James Conant (Holton dan Roller:1958), mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut. Abu Ahmadi (1991) memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan,percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makro kosmos( alam semesta) dan mikrokosmos( isi alam semesta) khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya. Sedangkan Fisher (1975) mengartikan Sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian.
Secara analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan mencoba membagi sains berdasarkan dimensi pengkajiannya. Sumaji(1988) menyatakan bahwa secara sempit sains adalah Ilmu Pengetahuan Alam(IPA), terdiri atas phisycal science dan life science. Termasuk physichal science adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, meteorologi dan fisika, sedangkan life science meliputi biologi, zoologi, dan fisiologi. Sedangkan Ernest Hagel(Indrawati:1995) memandang sains dari 3 aspek;pertama dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai ilmu alam dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Kedua sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbegai peristiwa. Ketiga, sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan masalah,untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau teori-teori dari obyek yag diamati.
Sains ternyata dibentuk karena dua orde( tahapan dan sistem) pengalaman;orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala dan fakta-fakta, sering disebut sebagai orde observasi serta orde kedua didasarkan pada pemahaman atau penafsiran manusia mengenai alam semesta atau disebut sebagai orde konseptual (zen,1981). Sains merupakan aktivitas menemukan hukum-hukum alam Kemeney( Harry,1983). Substansi lainnya dari sains adalah sains dianggap sebagai cara berfikir yang benar, penalaran logis untuk menarik kesimpulan khusus dari berbagai fenomena yang bersifat umum(Aristoteles, Sembiring:2000). Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sains itu bukan hanya pengetahuan ilmiah(scientific knowledge), tetapi juga sebagai human enterprise (media penggali keuntungan dari alam) yang melibatkan operasional mental, keterampilan dan strategi, dan sebagainya yang dirancang manusia untuk menemukan jagat raya dan segala isinya(Carin,1975) yang tentunya diperuntukkan bagi pemenuhan segala kebutuhan dan keperluan hidup manusia di dunia ini.
Maka dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan apabila dikaitkan dengan program pembelajaran sains  yang akan dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar, yaitu: pertama, sains sebagai suatau proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, sains sebagai produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori. Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.
Dari uraian diatas, akhirnya dapat kita pahami bahwa sains ternyata bukan hanya berisi rumus-rumus atau teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung nilai-nilai manusiawi yang bersifat universal dan layak dikembangkan serta dimiliki oleh setiap individu di dunia ini ; bahkan dengan begitu tingginya nilai sains bagi kehidupan, menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat diberikan sejak usia anak masih dini.

B.     Hubungan IPA Dengan Kecerdasan Majemuk

otak mempengaruhi koordinasi organ tubuh dan juga berperan penting dalam perkembangan kecerdasan seseorang. Kecerdasan manusia terdiri dari sembilan kecerdasan yang meliputi kecerdasan bahasa ( verbal linguistik), matematis ( logical-mathematic), visual ( visual-spatial), olah tubuh ( bodily-kinesthetic), musik, empati (interpersonal), paham diri (intra personal), alam, serta kecerdasan mental.
Salah satu multiple inteligence adalah kecerdasan alam atau naturalist intelligences merupakan kemampuan yang tampil melalui kemampuan untuk memahami alam termasuk tumbuh-tumbuhan, binatang, dan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Anak dengan kecerdasan alam memiliki ciri sebagai berikut:
1)      Anak yang memiliki kecerdasan alam sangat mencintai segala sesuatu yang bersifat alami, seperti menyayangi hewan dan memelihara tanaman.
2)      Gemar menjaga kebersihan dan lingkungan hidup
3)      Suka menonton acara-acara yang berhubungan dengan alam atau geografi,dsb.
4)      Mampu mengenali dan mengklasifikasikan berbagai individu, spesies, dan berbagai hubungan ekologis.
5)      Mampu berinteraksi dengan berbagai makhluk hidup, serta melihat berbagai pola kehidupan dan kekuatan alam.
Cara menstimulasi anak dengan kecerdasan alam agar kecerdasannya dapat berkembang dengan optimal adalah diantaranya dengan mengikuti kegiatan outbound, pergi ke kebun binatang, menanam pohon, serta mempelajari pengetahuan alam (IPA), dsb.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa IPA mempunyai hubungan erat dengan kecerdasan majemuk, karena tanpa mempunyai kecerdasan dan ketertarikan yang natural terhadap alam maka anak akan sulit untuk menyukai atau tertarik terhadap sains/ IPA. Selain itu IPA adalah ilmu yang kompleks pembahasan atau ruang lingkupnya, sehingga dibutuhkan anak yang mempunyai kecerdasan majemuk untuk menemukan atau mengeksplorasi sumber daya dan rahasia alam.

C.    Teori Perkembangan Otak

Otak manusia terdiri dari tiga bagian, yakni otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan otak tengah ( midbrain). Pada masa pertumbuhan, otak mulai berkembang denga baik sejak manusia berada dalam kandungan hingga berusia 15 tahun. Otak besar dan otak kecil masing-masing berkembang pada usia kurang dari tujuh tahun. Adapun otak tengah berkembang dengan baik pada usia 5-15 tahun.
a.       Peranan otak sejak dalam kandungan
Sejak dalam kandungan, seorang bayi sudah melalui masa pertumbuhan  yang sangat pesat dalam hidupnya. Peranan otak ketika bayi berada dalam kandungan antara lain sebagai berikut,
·         Pengontrol fungsi pernafasan
·         Mengontrol pusat sensoris
·         Pengendali keseimbangan
·         Koordinasi aktivitas motorik
·         Bertanggung jawab atas gerak refleks janin
Semua kegiatan tersebut dapat terjadi karena adanya sistem saraf  dalam otak yang berkembang dengan pesat sebelum dan sesudah kelahiran bayi.
b.      Peranan otak pada usia 0-3 bulan
Otak bayi pada bulan-bulan awal kehidupannya memiliki peran antara lain sebagai berikut:
·         Pusat berfikir
·         Pengendali gerak, pertumbuhan fisik, dan perkembangan kepribadian.
·         Pusat pengendali kepekaan diri dan refleks.
c.       Peranan otak pada usia 3-6 bulan
Pada usia 3-6 bulan, bayi sedang lucu-lucunya. Pada usia ini mereka sudah dapat diajak bercanda dan bermain dibandingkan dengan ketika usianya masih dibawah tiga bulan. Bayi sudah mulai memainkan kelima indranya dengan bantuan dan koordinasi otak. Ia sudah mulai belajar tentang dunia sekitarnya  dengan menggunakan indra pendengaran, peraba, pengecap,serta penciuman yang berkembang dengan pesatnya. Adapun indra penglihatannya berkembang sedikit lebih lambat.
d.      Peranan otak pada usia 6-9 bulan
Menginjak usia 6-9 bulan, otak bayi memiliki peranan dan kemampuan yang lebih komplet lagi. Pada usia 6-9 bulan, otak berperan penting dalam beberapa hal yaitu sebagai berikut.
·         Pengendali motorik
Otak berfungsi sebagai pengontrol gerakan-gerakan motorik kasar, motorik halus, motorik kasar, juga sebagai koordinator otot-otot organ wicara bayi.
·         Perkembangan indra dan kesadaran
Otak berpartisipasi dalam perkembangan ekspresi perasaan bayi, koordinasi dan mimik wajah, pemindahan visual, pemahaman sifat permanen objek, eksplorasi indra peraba, kerefleksian klasifikasi, perkembangan kepercayaan, kesadaran lingkungan, eksperimen ilmu pengetahuan, kesadaran gerak tubuh, serta perkembangan bahasa.
e.       Peranan otak pada usia 9-12 bulan
Otak bayi kian berkembang seiring pertambahan usianya. Menginjak usia 9 bulan, peranan otak pada bayi menjadi lebih signifinikan.peranan otak dalam tahap pertumbuhan ini antara lain sebagai berikut.
·         Pengstut dalam pembentuksn ksts dan bahasa, menyimpan dan memanggil kembali memori atau jumlah kata yang telah terekam.
·         Memaksimalkan keterampilan auditori dan vokalisasi
·         Memberikan pengertian akan identitas diri dan mengendalikan kemampuan kognitif bayi.
·         Mengoordinasikan kemampuan berolahraga
·         Memberikan rasa terhadap pengaturan benda-benda dalam urutan yang benar
·         Mengeksplorasi rasa humor
·         Menguatkan jiwa kemandirian dalam diri bayi.
f.       Peranan otak pada usia 12-18 bulan
Setelah mencapai setahun kehidupan, peranan otak semakin besar pada perkembangan bayi. Otak menjadi koordinator dari berbagai tugas perkembangan yang harus dilalui oleh bayi. Peranan otak bayi pada usia 12-18 bulan yaitu sebagai berikut.
·         Sebagai pabrik kata-kata dan koordinator pengucapan yang sederhana serta memperbaiki artikulasi dan kemampuan berbicara.
·         Koordinator atas kemampuan bayi dalam menolong dirinya sendiri dan menguasai gerakan serta ritme suatu permainan.
·         Membantu mengoordinasikan gerakan tangan dan mata, meningkatkan kualitas perhatian atau fokus terhadap sesuatu, serta memindai secara visual dan mempersepsikan kedalaman.
g.      Peranan otak pada usia 1,5-2 tahun
Kisaran usia 1,5-2 tahun dapat disebut sebagai sebuah periode peralihan dari seorang bayi menjadi anak-anak.otak memiliki peranan penting saat bayi mencapai periode ini. Peranan otak pada usia 1,5-2 tahun, sebagai pusat pengendali kreativitas dan imajinasi anak. Selain itu, otak juga berperan dalam beberapa hal berikut ini.
·         Identifikasi dan klasifikasi terhadap suatu benda, membedakan sifat-sifat yang sama dan berbeda, serta mengembangkan kemampuan memilah-milah dan menjodohkan.
·         Mengembangkan keterampilan kognitif, berfikir, mempelajari matematika, dan ilmu pengetahuan.
·         Mengendalikan rasa sedih dan gembira serta memecahkan masalah.
·         Mengoordinasikan keseimbangan
·         Mengendalikan hukum sebab akibat sebagai representasi mental.
h.      peranan otak pada usia 2-2,5 tahun
pada usia 2-2,5 tahun, otak bayi terus berkembang sehingga anak dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang pada usia sebelum ini. Pada fase ini, otak memiliki peranan yang sangat vital dalam perkembangan anak. Peranan otak pada periode usia 2-2,5 tahun yaitu sebagai berikut.
·         Mengingat lagu-lagu atau dongeng dan mengembangksn keterampilan membaca.
·         Mengembangkan hubungan spasial, melatih keseimbangan dan irama dan mengidentifikasi gender.
·         Otak berperan dalam kesadaran diri dan keterampilan mengurus diri, mengeksplorasi kemampuan dalam mengambil resiko, serta meningkatkan harga diri.
·         Menjadikan indra pendengaran, indra penglihatan, dan indra pengecap lebih peka.
i.        Peranan otak pada usia 2,5-3 tahun
Ketika seorang anak berusia menjelang atau tepat 3 tahun, kita sebagai orang tuanya akan melihat banyak sekali perubahan dalam diri anak. Perubahan-perubahan ini terjadi karena peranan otak yang semakin berkembang. pada periode ini  otak berperan dalam beberapa hal berikut ini.
·         Mengembangkan kemampuan motorik
Pada usia ini, anak dianggap sudah siap untuk bertemu dan bergaul dengan teman sebayanya di play group atau sekolah khusus persiapan sebelum masuk TK. Anak sudah siap untuk mengembangkan kemampuan motorik kasarnya seperti melompat, memanjat, menaiki mobil-mobilan. Ia juga sudah siap untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya seperti belajar,membaca, berhitung, serta menghafalkan kata-kata dalam bahasa asing.
·         Membantu eksplorasi kemampuan sensorik
Otak berperan sebagai koordinator dalam pengembangan tubuh dan perasaan atau kepekaan terhadap diri sendiri, pengembangan diskriminasi visual, menyocokkan benda-benda nyata dan yang ada dalam gambar, mengembangkan kemampuan visual dan persepsi, mengoordinasikan keseimbangan seluruh tubuh, serta mengeksplorasi ilmu pengetahuan, permainan drama, dan imajinasi.
j.        Peranan otak pada usia 3-5 tahun
Periode usia 3 tahun sering disebut juga dengan usia perkembangan. Pada usia ini, anak kerap melawan dan menjadi pribadi yang sedikit susah diatur, disuruh, atau diberikan tugas. Otak berperan penting dalam perkembangan anak pada rentang usia 3-5 tahun. Peranan otak pada rentang usia ini yaitu sebagai berikut.
·         Membantu proses identifikasi
·         Membantu anak membangun inisiatif, dan kemampuan dalam memprakarsai suatu hal
·         Mendorong berkembangnya kemampuan kognitif, verbal, sosial, emosional,psikologis, serta fisik.
k.      Peranan otak pada usia 6-12 tahun
Melewati masa balita, otak anak semakin berkembang sehingga seluruh kemampuan anak pun semakin bertambah. Peranan otak ketika anak berusia 6-12 tahun atau usia sekolah dasar antara lain sebagai berikut.
·         Motivator
Otak berperan sebagai motivator dalam mendorong keingintahuan anak terhadap dunia sekolah dan pekerjaan, menumbuhkan rasa kompeten dan menguasai, juga memberikan ketenangan dalam diri anak.
·         Penghasil persepsi
Otak berperan sebagai penghasil persepsi akan suatu kegagalan dan konsekuensinya. Anak yang berusia 6-12 tahun sudah mulai bisa memilih dan mengetahui risiko pilihannya.
l.        Peranan otak setelah dewasa
Setelah dewasa, otak manusia memiliki peranan yang lebih dalam lagi, terutama mengenai makna kehidupan. Manusia yang sudah dewasa dianggap telah matang dalam hal apapun, termasuk berfikir secara rasional. Mereka juga telah memiliki pemahaman-pemahaman atau prinsip sendiri yang sulit untuk diubah. Hal ini sangat berbeda dengan ketika manusia masih berada dalam usia kanak-kanak. Anak-anak mungkin akan mudah sekali dibohongi atau diiming-iming dengan barang atau janji-janji tertentu yang menggiurkan. Namun, jika dilakukan kepada orang yang telah dewasa, bisa jadi hal itu akan menjadi sangat sia-sia.
Kematangan berfikir setiap orang tentunya berbeda-beda. Ada orang yang sudah dewasa menurut umur, tetapi masih kekanak-kanakan dalam berfikir. Begitu juga sebaliknya, ada orang yang masih relatif muda, tapi telah mencapai tingkat kematangan dalam berfikir. Kematangan ini dapat dilihat dan dinilai dari cara orang dalam menanggapi dan menghadapi suatu masalah. Mereka yang lancar dalam menggunakan logika dan rasionalitasnya akan dianggap matang dalam berfikir.
Kemampuan otak orang dewasa dalam berfikir juga sangat dipengaruhi oleh kombinasi kemampuan dan pengalaman mereka.setelah manusia dewasa, dengan sendirinya ia akan memiliki minat pada hal-hal tertentu yang bersifat subyektif. Tingkat kecerdasan dan fungsi otak akan terbantu dengan adanya tingkat kompensasi. Tingkat kompensasi merupakan tingkat bantuan atau stimulus dari luar. Misalnya, orang yang pelupa dapat menggunakan reminder di hand phone untuk mengingatkannya akan suatu hal. Selain itu, pemilihan bidan pembelajaran pun membantu seseorang untuk mengembangkan otaknya seiring dengan minat dan bakat. Selebihnya, keberadaan tingkat kompensasi ini juga sangat dibutuhkan karena pada masa dewasa, tingkat kedalaman otak sudah mulai berkurang dan digantikan dengan tingkat fungsi luhur,seperti menentukan pilihan hidup dan memecahkan masalah.




D.    Cara Anak Membangun Pengetahuan

Untuk membangun pengetahuan pada anak usia dini, dapat dilakukan berbagai jenis kegiatan atau metode pembelajaran, diantaranya:
a.       Pembuatan sudut ( area ) sains/Fisika
Untuk meraih dan melibatkan anak kedalam pengkajian sains bidang fisika, maka perlu dirancang dan dikembangkan suatu sudut (area) fisika. Sudut tersebut dikembangkan berdasarkan pada unit-unit atau tema-tema yang relevan. Sebaiknya sudut ( area ) dikembangkan, secara periodik mendapatkan perubahan-perubahan seiring dengan tema atau unit yang dimunculkan.
Ketrampilan proses yang ditekankan:
·         Keterampilan eksperimen
·         Keterampilan berkomunikasi
b.      Pembuatan buletin board (majalah dinding)
Sebagai penunjang dan untuk memperkaya kemampuan sains pada anak usia dini, disekolahpun dapat dikembangkan majalah dinding yang mengemas tema-tema sesuai dengan ruang lingkup pengembangan sains pada anak usia dini.
Keterampilan sains yang ditekankan:
·         Kemampuan menggolongkan
·         Kemampuan berkomunikasi
c.       Menemukan dan menggali sains melalui metode Discovery-inquiry
Sejumlah unit atau topik yang relevan untuk pembelajaran dan penggalian sains pada anak usia dini yang dapat dilakukan secara terintegrasi, misalkan: tema pesan rahasia dari perubahan kimia, materi dan perubahannya, pendulum, gas sebagai benda cair, bagian-bagian pesawat, dan sebagainya. Sedangkan khusus yang dapat didemonstrasikan, misalkan terkait dengan : kekuatan aksi-reaksi, dan sebagainya.
d.      Menggunakan kegiatan permainan
Kehebatan permainan dalam menyita perhatian anak diakui oleh para pendidik anak usia dini. Untuk itu pengenalan konsep dan keilmuan fisika –kimia melalui permainan, kesan(image) bahwa materi sains merupakan kajian yang menjenuhkan akan menjadi hilang, karena sajian sains dikemas secara menyenangkan dan setiap anak dapat mengikutinya.
e.       Menggunakan strategi/ metode kunjungan lapangan
Konsep-konsep dasar yang terkait dengan fisika sangat banyak tersebar dilapangan, yaitu di masyarakat dan alam. Untuk mendapat pengalaman yang lebih konkrit dan bermakna tentang sains, maka anak-anak dapat dibawa berkunjung ke tempat-tempat yang sesuai dengan topik/tema bidang pengembangan sains.
Sejumlah topik dan tempat yang dapat dijadikan  kunjungan, diantaranya yang terkait dengan bentuk-bentuk energi tentang daya-gaya dan mesin, konservasi energi, sasaran lain dapat juga sebagai pilihan misalkan yang bertema : materi dan susunannya, dan sebagainya.
f.       Beberapa contoh pengembangan
Beberapa contoh pengembangan pengemasan pembelajaran sains dapat disajikan secara terpadu dan menarik dihadapan anak.dengan penyajian itu, diharapkan anak dapat mengembangkan kemampuan sains secara utuh, menyeluruh dan mencapai dimensi-dimensi perkembangan anak yang lebih luas. Akhirnya pengalaman yang diperoleh akan menjadi lebih bermakna dan fungsional, serta yang terpenting gairah dan  motivasi belajar anak dapat tetap terjaga.

E.     Sains /IPA Sebagai Produk Dan Proses Bagaimana Anak Mempelajari IPA/Sains

Arah pengembangan program pembelajaran sains sebagai suatu proses ditujukan pada perencanaan dan aktivitas sains yang dapat membantu anak dalam menguasai keterampilan yang terkait dengan cara pengenalan dan perolehan sains yang benar. Cara-cara tersebut sering dikenal sebagai metode sains, atau metode ilmiah. Pentingnya anak untuk menguasai cara-cara tersebut, karena sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, obyektif dan suatu proses yang bebas nilai. Dengan ketentuan seperti itu, maka anak usia dini sejak awal perlu diperkenalkan pada prosedur dan teknik kerjanya secara benar, sehingga kecakapan-kecakapan tersebut menjadi suatu yang melekat kuat hingga anak menjadi ilmuan yang sesungguhnya. Adapun sesuai dengan karakteristik proses sains, maka kemampuan yang dapat diprogramkan dan dilatihkan pada anak  usia dini, diantaranya: kemampuan, mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, merancang  penyelidikan  termasuk eksperimen-eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Sedangkan ruang lingkup program pembelajaran sains sebagai produk, yaitu diarahkan pada perencanaan dan kegiatan sains yang dapat mengenalkan dan menggali hasil-hasil sains secara lebih bermakna, utuh dan fungsional bagi anak usia dini. Isi program pembelajaran sains, pada ruang lingkup produk meliputi penguasaan fakta, konsep prinsip, hukum dan teori (Carin dan Sund,1989;Sinaradi,1998). Fakta adalah sesuatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa, sedangkan konsep suatu  ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda (obyek), peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri, atribut yang melekatnya. Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis, dan  kebenarannya sudah teruji secara empirik serta dianggap berlaku secara universal (Hasan,1996).

F.     Cara Memunculkan Penemuan Sendiri Dan Rasa Ingin Tahu Yang Positif  Pada Anak.
Belajar melibatkan proses-proses konstruktif  tidak dengan sendirinya membuat anak mampu mendorong  proses-proses tersebut secara efektif(K.R. Harris & Alexander,1996). Para ahli psikologi kongnitif  percaya bahwa banyak cara membantu siswa mengostruksi basis  pengetahuan yang kaya dan lebih cangih. Di sini dapat di eksplorasi beberapa pendekatan yang telah di definisikan oleh para ahli psikologi kontemporer dan pendidik diantaranya :
a.       Menyediakan kesempatan untuk Melakukan  percobaan
b.      Menyajikan prespektif ahli
c.       Menekankan pemahaman konseptual
d.      Mendorong dialog di kelas
e.       Memberikan aktifitas-akifitas otentik
f.       Merancah konstruksi teori
g.      Membentuk komunitas pembelajaran

a.                   Menyediakan kesempatan untuk Melakukan percobaan melalui interaksi dan uji coba dengan objek-objek di sekitar mereka , merekadapat menemukan dari dekat beberapa karakteristik dan prinsip dunia ( Fosnot,1996; Minogue & Jones, 2006; Moreno,2006).
Seperti pencampuran warna –warna cat air atau cat minyak yang kemudian berubah warna karena pencampuran warna dan menghasilkan warnabaru yang berbedadari kedua warna yang di campur
b.                  Menyajikan prespektif ahli pengetahuan di konstruksikan tidak  hanya oleh orang  yang  bekerja secara mandiri tapi juga orang yang bekerja secara bersama selama bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad untuk memahami fenomena yang rumit.meskipun terkadang bermanfaa tmeminta anak menemukan prinsip-prinsip dasar bagi diri mereka sendiri, begitu juga dengan para ahli dan sebagainya yang di kembangkan masyarakat yang menjelaskan baik aspek f isik maupun aspek psikologis pengalaman  manusia (r. driver, 1995; fygotsky, 1962).
c.                   Menekankan pemahaman konseptual
Semakin sering anak membentuk kesaling keterkaitan dalam sebuah materi yang mereka pelajari dengan kata lain, semakin  baik mereka mengorganisasikannya semakin mudah mereka mengingat dan menerapkan dikemudian hari (L.M. _,1993, Bedarddan chi, 1992; j.j. WhaitdanRumsy, 1994). Berikut ini adalah beberapa cara pembantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual mengenai materi pelajaran dikelas :
1.      Organisasikan materi ajar kedalam beberapa gagasan  atau tema inti, dengan selalu mengaitkan konten spesifik dengan tema inti tersebut.
2.      Menggali semua topic secara mendalam dengan mepertimbangkan banyak contoh,  meneliti hubungan sebab akibat, dan menemukan bagaimana detil-detil  yang  spesifik berkaitan dengan prinsip-prinsip yang lebih umum.
3.      Menjelaskan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengalaman personal anak dengan hal-hal  yang telah dipelajari anak sebelumnya disekolah.
4.      Menunjukan kepada anak  melalui  kata  yang  diucapkan,  tugas  yang diberikan, dan kriteria yang kita gunakan  untuk mengevaluasi pencapaian anak  bahwa pemahaman kondseptual terhadap materi yang diajarkan jauh lebih penting daripada pengetahuan mengenai fakta yang terisolasi dari konteksnya.
5.      Meminta siswa mengajarkan apa yang telah mereka pelajari kepada orang lain. Tugas ini mendorong mereka untuk focus pada yang diajarkan dan menghubungkan gagasan gagasan utama sedemikian rupasehingga dapat dipahami.

d.                  Mendorong dialog di kelas
Mengidentifikasi sejumlah manfaat meminta anak mendiskusikan secara bersama-sama satu topik pembelajaran. Umumnya, siswa mampu mengingat berbagai gagasan dan pengalaman baru secara lebih efektif dan akurat ketika mereka membahas masalah secara bersama-sama (hacker,1998; schankdan Abelson 1995

e.                   Memberikanaktifitasakifitasotentik
Beberapa ahli kognitif kontemporer rmengemukakan bahwa siswa dapat mengonstruksi  basis  pengetahuan  yang lebih terintegrasi dan berguna apabila mereka mempelajari  topic dalam  konteks aktifitas-aktifitas otentik, yaitu aktifitas  yang  mirip dengan apa yang  mereka sering jumpai diluar sekolah. Sebagai contoh,  metamormfosis kupu-kupu.

f.                    Merancah  konstruksi teori
Seperti yang dilihat, anak-anak mulai membentuk teori mengenai beragam aspek dari dunia mereka jauh sebelum mulai sekolah. Satu tujuan pentin g setiap kurikulum akademis adalah membantu siswa mengembangkan dan merevisi  teori-teori ini agar  selaras dengan teori-teori yang telah dikembangkan para ahli selama puluhan tahun bahkan ratusan tahun melakukan penelitian sistematis.

g.                  Membentuk komunitas pembelajaran
Mengingat manfaat dialog dan bentuk-bentuk interaksi siswa yang lain serta tujuan  meningkatkan kontruksi makan secara social beberapa  ahli psikologi dan pendidik menyerahkan  agar membentuk suatu pelajar yaitu kelas dimana kita dan siswa secara konsisten saling mebantu dalam belajar (A L. Brown &Campione, 1994; Prawat, 1992; Roggof, Matusov, & White, 1996)

Memunculkan  penemuan sendiri dan rasa ingin tahu yang positif pada anak  tidak  lepas dari peran  guru untuk selalu memberikan  rangsangan atau  inovasi baru dalam  pembelajaran. Secara  lebih  rinci peran guru sains pada pengembangan  program  pembelajaran sains bagi anak usia dini diantaranya:

a)      Guru sebagai perencana
Perencana artinya menentukan alternatif-alternatif yang terkait dengan kebutuhan program  sains. Dalam  melaksanakan perannya,  ia dapat sendiri, dengan tim atau bahkan bersama anak. Bahkan mampu merencanakan  kegiatan  bersama atau melibatkan  anak, program sains akan jauh lebih bermakna dari sudut pandang anak.karena mereka akan lebih meningkat gairahnya dalam menggali sains, yang merupakan refleksi dari komitmen anak dilibatkan oleh guru. Walaupun terdapat beberapa teknis khusus dalam menjaring keinginan anak, tetapi jika mampu menjalin kedekatan dengan anak, maka semuanya dapat dilakukan dengan lancar.
b)      Guru sebagai inisiator
Dalam kegiatan sains, kita sering melihat ada anak mendapatkan kebutuhan dalam menindaklanjuti atau memulai kegiatan. Jika terjadi seperti itu, guru dapat masuk sebagai pembuka gagasan atau inisiatif. Tetapi jangan sampai mengambil alih inisiatif anak, terutama kegiatan yang sedang dilakukan anak dengan penuh konsentrasi. Jika anda dapat membuka dengan angka 1, maka jangan tambahkan dengan angka 2, biarlah anak yang mengeksplorasi dan melakukan pencarian selanjutnya.
c)      Guru sebagai fasilitator
Guru punya kewajiban memberi kemudahan dan keleluasaan terhadap anak untuk melakukan kegiatan sains. Ciptakan suasana kondusif, penuhi kebutuhan alat dan bahan, serta sediakan waktu yang cukup untuk beraktifitas bagi anak.jika itu dilakukan, berarti anda sudah menjadi guru sains yang mengerti akan kebutuhan anak.
d)     Guru sebagai observer
Mengamati aktivitas anak, dapat berupa pengamatan intensitas maupun kesulitan anak sehingga diketahui saat yang tepat anda dalam memberikan bantuan belajar sains pada anak-anak.

e)      Guru sebagai elaborator
Mengajukan beberapa pertanyaan  yang merangsang anak, sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran sains yang dilakukan semua anak.
f)       Guru sebagai motivator
Mendukung, mendorong dan memberi penguatan terhadap kegiatan pembelajaran sains anak. Tetapi pemberian motivasi janganlah sampai dipaksakan, karena akibatnya bukan mendorong anak tetapi malah merusak kegiatan sains anak. Lakukanlah motivasi secara wajar dan luwes.

g)      Guru sebagai antisifator
Memprediksi faktor-faktor yang diduga akan berpengaruh pada anak, terutama yang akan mencelakakan anak. Jika kegiatan banyak melibatkan alat dan bahan yang mudah melukai, maka sebaiknya dilakukan penyampaian tata tertib dan tata cara pemakaian yang benar. Jangan sampai gelas ukuran jatuh, pecah melukai anak. Kejelian guru dalam mengamati berbagai kemungkinan, akan meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam kegiatan sains anak.
h)      Guru sebagai model
Biasanya terdapat beberapa kegiatan sains yang masing-masingbagi anak, terutama terkait dengan penggunaan alat-alat sains yang bersifat formal, seperti thermometer. Guru sebagai model dapat menunjukkan cara, sikap dan ketekunan terkait dengan penggunaan perangkat sains tersebut.
i)        Guru sebagai evaluator
Peran sebagai evaluator secara umum sama sebagaimana yang telah dibahas pada uraian sebelumnya. Tetapi inti peran guru sebagai evaluator dalam kegiatan sains anak adalah melakukan pengamatan yang benar dan tepat, melakukan pencatatan secara akurat, serta berupaya membuat laporan yang sesuai dengan perkembangan anak yang sesungguhnya.

j)        Guru sebagai teman yang bereksplorasi bersama anak.
Anak akan senang bila gurunya juga aktif dalam kegiatan, bukan penonton. Bahkan anak akan jauh menerima kehadiran guru, apabila gurulah yang berusaha memahami perilaku anak, jangan anak yang dituntut untuk memahami perilaku guru.
k)      Promotor agar anak menjadi pembelajar sejati
Selalu mendorong dan memberikan kesempatan untuk anak agar rajin dan giat membaca, karena buku merupakan sumber sains yang sangat kaya. Mendorong agar anak rajin menelaah sendiri, mencari keterangan serta pandangan baru melalui bahan pustaka maupun melalui bertanya pada pihak lain.
Selain kegiatan guru dalam melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran sains, untuk meng optimalkan tujuan sains secara utuh, maka para guru hendaklah:
·         Dalam membimbing kegiatan sains mengarahkan anak-anak untuk aktif mengerjakan sendiri, serta aktif berfikir sendiri secara teratur,kritis dan jujur.
·         Arahkanlah anak-anak untuk aktif mengadakan observasi dan penyelidikan-penyelidikan sendiri dengan alat-alat yang ada, baik di rumah maupun dilingkungan sekitar. Atau membuatsendiri alat/media yang dipergunakan dengan bahan-bahan sederhana. Makin sederhana alat/medianya makin baik untuk anak, terlebih jika hasilbuatan sendiri.
·         Berusaha memperkaya daya kreasi, serta aktif menggali segala potensi anak dan mempergunakannya dalam pembelajaran sains secara optimal.
·         Berusaha mendorong dan meningkatkan minat serta mempertajam daya observasi ( pengamatan) setiap anak, karena kemampuan observasi merupakan kunci pokok untuk sukses dalam menyelami sains.
·         Mencoba dan mengembangkan segala yang ditemukan dalam kegiatan sains yang dikaitkan dengan dimensi keilmuan lainnya, misalnya dengan matematika,ilmu sosial, ilmu bahasa, dsb. Sehingga tercipta suatu pengajaran terpadu yang lebih bermakna dan fungsional bagi anak.
·         Terakhir adalah memperbesar kemauan serta hasrat untuk membaca, menggali buku serta mengembangkan yang diperolehnya oleh anak selama pembelajaran sains. Dengan demikian kecintaan anak akan sains tidak berhenti disekolah, tetapi dimanapun ia berada, maka diharapkan minatnya terhadap sains tumbuh dan terpelihara secara baik.






BAB III
I.                   KESIMPULAN

Jika direnungkan secara seksama , proses sains bagi anak-anak yang dapat mengantarkannya menuju seorang saintis yang  hebat, dapat ditegaskan ternyata setiap anak berpotensi untuk menjadi seorang saintis, karena anak dilengkapi dengan banyak atribut untuk menempuh pengalaman-pengalaman sains. Kegiatan-kegiatan sains yang telah dicontohkan atau dikemukakan pada anak, mungkin kita melihatnya dalam kehidupan sehari-hari berkaitan anak-anak dilingkungan kita yang sedang beraktivitas sains, semuanya ternyata dapat dilakukan oleh anak secara menakjubkan. perkembangan dan kemampuan anak dalam penguasaan sains sangat tergantung pada para pendidik, apakah kegiatan sains tersebut difasilitasi secara optimal atau tidak.

II.         SARAN

Sebagai seorang pendidik, maka tugas kita  harus memberikan rangsangan atau stimulus kepada anak didik agar semua peserta didik mempunyai ketertarikan dan rasa ingin tahu yang besar untuk mempelajari sains. Karena dengan merangsang keingintahuan dan memberikan  media serta mendorong anak untuk meneliti serta bereksplorasi dengan lingkungannya bukan tidak mungkin kita akan menciptakan generasi saintis yang cemerlang di masa mendatang.






DAFTAR PUSTAKA
Adang, Juariah.2009.Gerakan Meningkatkan Kecerdasan Anak,                  Jakarta: Penebar Plus.

Back, Joan. 2001. Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Pustaka Dalaprasta.

Ellis Ormrod,Jean.2009.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Erlangga.

Gunadi,tri.2009. gerakan meningkatkan kecerdasan anak.    Jakarta:Penebar Plus.

Gunadi,Tri.2012.Optimalkan Otak Kanan-Kiri,Otak             Tengah,Otak Kecil.Jakarta:Penebar Plus.


Nugraha, Ali.2005.Pengembangan Pembelajaran Sains Pada          Anak Usia Dini. Jakarta:Departemen Pendidikan         Nasional.

Putra, Yoan.2008. Memori Dan Pembelajaran                                  Efektif.Bandung:Yrama Widya.









                                                                                                                                                                






Belajar melibatkan proses-proses konstruktif  tidak dengan sendirinya membuat anak mampu mendorong  proses-proses tersebut secara efektif(K.R. Harris & Alexander,1996). Para ahli psikologi kongnitif  percaya bahwa banyak cara membantu siswa mengostruksi basis  pengetahuan yang kaya dan lebih cangih. Di sini dapat di eksplorasi beberapa pendekatan yang telah di definisikan oleh para ahli psikologi kontemporer dan pendidik diantaranya :
h.      Menyediakan kesempatan untuk Melakukan  percobaan
i.        Menyajikan prespektif ahli
j.        Menekankan pemahaman konseptual
k.      Mendorong dialog di kelas
l.        Memberikan aktifitas-akifitas otentik
m.    Merancah konstruksi teori
n.      Membentuk komunitas pembelajaran

h.                  Menyediakan kesempatan untuk Melakukan percobaan melalui interaksi dan uji coba dengan objek-objek di sekitar mereka , merekadapat menemukan dari dekat beberapa karakteristik dan prinsip dunia ( Fosnot,1996; Minogue & Jones, 2006; Moreno,2006).
Seperti pencampuran warna –warna cat air atau cat minyak yang kemudian berubah warna karena pencampuran warna dan menghasilkan warnabaru yang berbedadari kedua warna yang di campur
i.                    Menyajikan prespektif ahli pengetahuan di konstruksikan tidak  hanya oleh orang  yang  bekerja secara mandiri tapi juga orang yang bekerja secara bersama selama bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad untuk memahami fenomena yang rumit.meskipun terkadang bermanfaa tmeminta anak menemukan prinsip-prinsip dasar bagi diri mereka sendiri, begitu juga dengan para ahli dan sebagainya yang di kembangkan masyarakat yang menjelaskan baik aspek f isik maupun aspek psikologis pengalaman  manusia (r. driver, 1995; fygotsky, 1962).
j.                    Menekankan pemahaman konseptual
Semakin sering anak membentuk kesaling keterkaitan dalam sebuah materi yang mereka pelajari dengan kata lain, semakin  baik mereka mengorganisasikannya semakin mudah mereka mengingat dan menerapkan dikemudian hari (L.M. _,1993, Bedarddan chi, 1992; j.j. WhaitdanRumsy, 1994). Berikut ini adalah beberapa cara pembantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual mengenai materi pelajaran dikelas :
6.      Organisasikan materi ajar kedalam beberapa gagasan  atau tema inti, dengan selalu mengaitkan konten spesifik dengan tema inti tersebut.
7.      Menggali semua topic secara mendalam dengan mepertimbangkan banyak contoh,  meneliti hubungan sebab akibat, dan menemukan bagaimana detil-detil  yang  spesifik berkaitan dengan prinsip-prinsip yang lebih umum.
8.      Menjelaskan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengalaman personal anak dengan hal-hal  yang telah dipelajari anak sebelumnya disekolah.
9.      Menunjukan kepada anak  melalui  kata  yang  diucapkan,  tugas  yang diberikan, dan kriteria yang kita gunakan  untuk mengevaluasi pencapaian anak  bahwa pemahaman kondseptual terhadap materi yang diajarkan jauh lebih penting daripada pengetahuan mengenai fakta yang terisolasi dari konteksnya.
10.  Meminta siswa mengajarkan apa yang telah mereka pelajari kepada orang lain. Tugas ini mendorong mereka untuk focus pada yang diajarkan dan menghubungkan gagasan gagasan utama sedemikian rupasehingga dapat dipahami.

k.                   Mendorong dialog di kelas
Mengidentifikasi sejumlah manfaat meminta anak mendiskusikan secara bersama-sama satu topik pembelajaran. Umumnya, siswa mampu mengingat berbagai gagasan dan pengalaman baru secara lebih efektif dan akurat ketika mereka membahas masalah secara bersama-sama (hacker,1998; schankdan Abelson 1995

l.                    Memberikanaktifitasakifitasotentik
Beberapa ahli kognitif kontemporer rmengemukakan bahwa siswa dapat mengonstruksi  basis  pengetahuan  yang lebih terintegrasi dan berguna apabila mereka mempelajari  topic dalam  konteks aktifitas-aktifitas otentik, yaitu aktifitas  yang  mirip dengan apa yang  mereka sering jumpai diluar sekolah. Sebagai contoh,  metamormfosis kupu-kupu.

m.                Merancah  konstruksi teori
Seperti yang dilihat, anak-anak mulai membentuk teori mengenai beragam aspek dari dunia mereka jauh sebelum mulai sekolah. Satu tujuan pentin g setiap kurikulum akademis adalah membantu siswa mengembangkan dan merevisi  teori-teori ini agar  selaras dengan teori-teori yang telah dikembangkan para ahli selama puluhan tahun bahkan ratusan tahun melakukan penelitian sistematis.

n.                  Membentuk komunitas pembelajaran
Mengingat manfaat dialog dan bentuk-bentuk interaksi siswa yang lain serta tujuan  meningkatkan kontruksi makan secara social beberapa  ahli psikologi dan pendidik menyerahkan  agar membentuk suatu pelajar yaitu kelas dimana kita dan siswa secara konsisten saling mebantu dalam belajar (A L. Brown &Campione, 1994; Prawat, 1992; Roggof, Matusov, & White, 1996)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar