BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Pengembangan
pembelajaran sains pada anak, termasuk bidang pengembangan lainnya yang
memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan
dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. Kesadaran pentingnya
pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa kita
hidup dalam dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus menerus
bahkan makin menuju masa depan, semakin kompleks ruang lingkupnya, dan tentunya
akan semakin memerlukan sains. Hakekat sains perlu dikaji, dipelajari dan
ditekuni. Anak-anak sebagai generasi yang dipersiapkan untuk mengisi masa depan
yang diduga akan semakin rumit, berat dan banyak problemanya perlunya dibekali
penguasaan sains yang memadai, tepat, bermakna dan fungsional. Dengan prediksi
masa depan yang demikian,pembekalan sains bagi mereka menjadi mutlak, sehingga
sains pada diri mereka muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam
kehidupannya kelak.
Berhasil
tidaknya proses dan hasil suatu bidang pengembangan dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Diantara faktor fundamental yang turut berpengaruh adalah para pengajar
dan pendidik sains. Agar pembekalan sains pada anak dapat berjalan optimal,
hendaklah mereka yang terlibat program pembekalan sains betul-betul memahami
hakekat sains secara benar, lebih-lebih yang dikaitkan dengan karakteristik
anak usia dini sebagai subyeknya.
II.RUMUSAN MASALAH.
Dari penjabaran diatas dapat di ambil
rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian pengembangan sains/IPA ?
2. Apa hubungan IPA dengan kecerdasan majemuk?
3. Apakah teori perkembangan otak?
4. Bagaimana cara membangun pengetahuan?
5. Apakah sains/IPA sebagai produk dan
proses bagaimana anak mempelajari IPA /Sains?
6. Bagaimana memunculkan penemuan sendiri
dan rasa ingin tahu yang positif pada anak?
III.
TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian IPA/Sains.
2. Untuk mengetahui hubungan IPA dengan
kecerdasan majemuk.
3. Untuk mengetahui teori perkembangan
otak.
4. Untuk mengetahui sains sebagai produk
dan proses anak-anak mempelajari IPA/Sains.
5. Untuk memunculkan penemuan sendiri dan
rasa ingin tahu yang positif pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dari sudut bahasa, sains atau science ,berasal dari bahasa Latin,
yaitu dari kata Scientia artinya
pengetahuan. Dari sudut etimologis yang tepat tentang sains yaitu bahasa
Jerman, merujuk kata Wissensschaft,
yang memiliki pengertian penetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara
sistematis.
Secara konseptual terdapat sejumlah
pengertian dan batasan sains yang dikemukakan oleh para ahli. Amien (1987),
mendefinisikan sains sebagai sebagai bidang ilmu ilmiah, dengan ruang lingkup
zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih
banyak mendiskusikan tentang alam (natural
science) . Sedangkan James Conant (Holton dan Roller:1958),
mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan
pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut. Abu Ahmadi (1991)
memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas
pengamatan,percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makro kosmos( alam semesta) dan mikrokosmos(
isi alam semesta) khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya. Sedangkan
Fisher (1975) mengartikan Sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang
diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan
dengan penuh ketelitian.
Secara analitis, beberapa ahli mencoba
memberikan batasan sains dengan mencoba membagi sains berdasarkan dimensi
pengkajiannya. Sumaji(1988) menyatakan bahwa secara sempit sains adalah Ilmu
Pengetahuan Alam(IPA), terdiri atas phisycal
science dan life science. Termasuk physichal
science adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, meteorologi
dan fisika, sedangkan life science meliputi
biologi, zoologi, dan fisiologi. Sedangkan Ernest Hagel(Indrawati:1995)
memandang sains dari 3 aspek;pertama dari aspek tujuan, sains adalah sebagai
alat untuk menguasai ilmu alam dan untuk memberikan sumbangan kepada
kesejahteraan manusia. Kedua sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis
dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari
berbegai peristiwa. Ketiga, sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu
perangkat aturan untuk memecahkan masalah,untuk mendapatkan atau mengetahui
penyebab dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau
teori-teori dari obyek yag diamati.
Sains ternyata dibentuk karena dua orde(
tahapan dan sistem) pengalaman;orde pertama didasarkan pada hasil observasi
terhadap gejala dan fakta-fakta, sering disebut sebagai orde observasi serta
orde kedua didasarkan pada pemahaman atau penafsiran manusia mengenai alam
semesta atau disebut sebagai orde konseptual (zen,1981). Sains merupakan
aktivitas menemukan hukum-hukum alam Kemeney( Harry,1983). Substansi lainnya
dari sains adalah sains dianggap sebagai cara berfikir yang benar, penalaran
logis untuk menarik kesimpulan khusus dari berbagai fenomena yang bersifat
umum(Aristoteles, Sembiring:2000). Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sains
itu bukan hanya pengetahuan ilmiah(scientific
knowledge), tetapi juga sebagai human enterprise (media penggali keuntungan dari alam) yang melibatkan operasional
mental, keterampilan dan strategi, dan sebagainya yang dirancang manusia untuk
menemukan jagat raya dan segala isinya(Carin,1975) yang tentunya diperuntukkan
bagi pemenuhan segala kebutuhan dan keperluan hidup manusia di dunia ini.
Maka dari definisi diatas dapat diambil
kesimpulan apabila dikaitkan dengan program pembelajaran sains yang akan dikembangkan meliputi tiga
substansi mendasar, yaitu: pertama, sains sebagai suatau proses adalah metode
untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, sains sebagai produk terdiri atas berbagai
fakta, konsep prinsip, hukum dan teori. Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau
dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan,
opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya
ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.
Dari uraian diatas, akhirnya dapat kita
pahami bahwa sains ternyata bukan hanya berisi rumus-rumus atau teori-teori
yang kering; melainkan juga mengandung nilai-nilai manusiawi yang bersifat
universal dan layak dikembangkan serta dimiliki oleh setiap individu di dunia
ini ; bahkan dengan begitu tingginya nilai sains bagi kehidupan, menyebabkan
pembekalan sains seharusnya dapat diberikan sejak usia anak masih dini.
B.
Hubungan IPA Dengan Kecerdasan Majemuk
otak mempengaruhi koordinasi organ tubuh
dan juga berperan penting dalam perkembangan kecerdasan seseorang. Kecerdasan
manusia terdiri dari sembilan kecerdasan yang meliputi kecerdasan bahasa ( verbal linguistik), matematis ( logical-mathematic), visual ( visual-spatial), olah tubuh ( bodily-kinesthetic), musik, empati (interpersonal), paham diri
(intra personal), alam, serta kecerdasan mental.
Salah satu multiple inteligence adalah
kecerdasan alam atau naturalist
intelligences merupakan kemampuan yang tampil melalui kemampuan untuk
memahami alam termasuk tumbuh-tumbuhan, binatang, dan ilmu pengetahuan alam
(IPA).
Anak dengan kecerdasan alam memiliki
ciri sebagai berikut:
1) Anak yang memiliki kecerdasan alam
sangat mencintai segala sesuatu yang bersifat alami, seperti menyayangi hewan
dan memelihara tanaman.
2) Gemar menjaga kebersihan dan lingkungan
hidup
3) Suka menonton acara-acara yang
berhubungan dengan alam atau geografi,dsb.
4) Mampu mengenali dan mengklasifikasikan
berbagai individu, spesies, dan berbagai hubungan ekologis.
5) Mampu berinteraksi dengan berbagai
makhluk hidup, serta melihat berbagai pola kehidupan dan kekuatan alam.
Cara
menstimulasi anak dengan kecerdasan alam agar kecerdasannya dapat berkembang
dengan optimal adalah diantaranya dengan mengikuti kegiatan outbound, pergi ke
kebun binatang, menanam pohon, serta mempelajari pengetahuan alam (IPA), dsb.
Sehingga
dapat disimpulkan, bahwa IPA mempunyai hubungan erat dengan kecerdasan majemuk,
karena tanpa mempunyai kecerdasan dan ketertarikan yang natural terhadap alam
maka anak akan sulit untuk menyukai atau tertarik terhadap sains/ IPA. Selain
itu IPA adalah ilmu yang kompleks pembahasan atau ruang lingkupnya, sehingga
dibutuhkan anak yang mempunyai kecerdasan majemuk untuk menemukan atau
mengeksplorasi sumber daya dan rahasia alam.
C.
Teori Perkembangan Otak
Otak manusia terdiri dari tiga bagian,
yakni otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan otak tengah ( midbrain).
Pada masa pertumbuhan, otak mulai berkembang denga baik sejak manusia berada dalam
kandungan hingga berusia 15 tahun. Otak besar dan otak kecil masing-masing
berkembang pada usia kurang dari tujuh tahun. Adapun otak tengah berkembang
dengan baik pada usia 5-15 tahun.
a. Peranan otak sejak dalam kandungan
Sejak dalam kandungan, seorang bayi
sudah melalui masa pertumbuhan yang
sangat pesat dalam hidupnya. Peranan otak ketika bayi berada dalam kandungan
antara lain sebagai berikut,
·
Pengontrol
fungsi pernafasan
·
Mengontrol
pusat sensoris
·
Pengendali
keseimbangan
·
Koordinasi
aktivitas motorik
·
Bertanggung
jawab atas gerak refleks janin
Semua
kegiatan tersebut dapat terjadi karena adanya sistem saraf dalam otak yang berkembang dengan pesat
sebelum dan sesudah kelahiran bayi.
b. Peranan otak pada usia 0-3 bulan
Otak bayi pada bulan-bulan awal kehidupannya
memiliki peran antara lain sebagai berikut:
·
Pusat
berfikir
·
Pengendali
gerak, pertumbuhan fisik, dan perkembangan kepribadian.
·
Pusat
pengendali kepekaan diri dan refleks.
c. Peranan otak pada usia 3-6 bulan
Pada usia 3-6 bulan, bayi sedang lucu-lucunya.
Pada usia ini mereka sudah dapat diajak bercanda dan bermain dibandingkan
dengan ketika usianya masih dibawah tiga bulan. Bayi sudah mulai memainkan
kelima indranya dengan bantuan dan koordinasi otak. Ia sudah mulai belajar
tentang dunia sekitarnya dengan
menggunakan indra pendengaran, peraba, pengecap,serta penciuman yang berkembang
dengan pesatnya. Adapun indra penglihatannya berkembang sedikit lebih lambat.
d. Peranan otak pada usia 6-9 bulan
Menginjak usia 6-9 bulan, otak bayi
memiliki peranan dan kemampuan yang lebih komplet lagi. Pada usia 6-9 bulan,
otak berperan penting dalam beberapa hal yaitu sebagai berikut.
·
Pengendali
motorik
Otak berfungsi sebagai pengontrol
gerakan-gerakan motorik kasar, motorik halus, motorik kasar, juga sebagai
koordinator otot-otot organ wicara bayi.
·
Perkembangan
indra dan kesadaran
Otak berpartisipasi dalam perkembangan
ekspresi perasaan bayi, koordinasi dan mimik wajah, pemindahan visual,
pemahaman sifat permanen objek, eksplorasi indra peraba, kerefleksian
klasifikasi, perkembangan kepercayaan, kesadaran lingkungan, eksperimen ilmu
pengetahuan, kesadaran gerak tubuh, serta perkembangan bahasa.
e. Peranan otak pada usia 9-12 bulan
Otak bayi kian berkembang seiring
pertambahan usianya. Menginjak usia 9 bulan, peranan otak pada bayi menjadi
lebih signifinikan.peranan otak dalam tahap pertumbuhan ini antara lain sebagai
berikut.
·
Pengstut
dalam pembentuksn ksts dan bahasa, menyimpan dan memanggil kembali memori atau
jumlah kata yang telah terekam.
·
Memaksimalkan
keterampilan auditori dan vokalisasi
·
Memberikan
pengertian akan identitas diri dan mengendalikan kemampuan kognitif bayi.
·
Mengoordinasikan
kemampuan berolahraga
·
Memberikan
rasa terhadap pengaturan benda-benda dalam urutan yang benar
·
Mengeksplorasi
rasa humor
·
Menguatkan
jiwa kemandirian dalam diri bayi.
f. Peranan otak pada usia 12-18 bulan
Setelah mencapai setahun kehidupan,
peranan otak semakin besar pada perkembangan bayi. Otak menjadi koordinator
dari berbagai tugas perkembangan yang harus dilalui oleh bayi. Peranan otak bayi
pada usia 12-18 bulan yaitu sebagai berikut.
·
Sebagai
pabrik kata-kata dan koordinator pengucapan yang sederhana serta memperbaiki
artikulasi dan kemampuan berbicara.
·
Koordinator
atas kemampuan bayi dalam menolong dirinya sendiri dan menguasai gerakan serta
ritme suatu permainan.
·
Membantu
mengoordinasikan gerakan tangan dan mata, meningkatkan kualitas perhatian atau
fokus terhadap sesuatu, serta memindai secara visual dan mempersepsikan
kedalaman.
g. Peranan otak pada usia 1,5-2 tahun
Kisaran usia 1,5-2 tahun dapat disebut
sebagai sebuah periode peralihan dari seorang bayi menjadi anak-anak.otak
memiliki peranan penting saat bayi mencapai periode ini. Peranan otak pada usia
1,5-2 tahun, sebagai pusat pengendali kreativitas dan imajinasi anak. Selain
itu, otak juga berperan dalam beberapa hal berikut ini.
·
Identifikasi
dan klasifikasi terhadap suatu benda, membedakan sifat-sifat yang sama dan
berbeda, serta mengembangkan kemampuan memilah-milah dan menjodohkan.
·
Mengembangkan
keterampilan kognitif, berfikir, mempelajari matematika, dan ilmu pengetahuan.
·
Mengendalikan
rasa sedih dan gembira serta memecahkan masalah.
·
Mengoordinasikan
keseimbangan
·
Mengendalikan
hukum sebab akibat sebagai representasi mental.
h. peranan otak pada usia 2-2,5 tahun
pada usia 2-2,5 tahun, otak bayi terus
berkembang sehingga anak dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang pada usia
sebelum ini. Pada fase ini, otak memiliki peranan yang sangat vital dalam
perkembangan anak. Peranan otak pada periode usia 2-2,5 tahun yaitu sebagai berikut.
·
Mengingat
lagu-lagu atau dongeng dan mengembangksn keterampilan membaca.
·
Mengembangkan
hubungan spasial, melatih keseimbangan dan irama dan mengidentifikasi gender.
·
Otak
berperan dalam kesadaran diri dan keterampilan mengurus diri, mengeksplorasi
kemampuan dalam mengambil resiko, serta meningkatkan harga diri.
·
Menjadikan
indra pendengaran, indra penglihatan, dan indra pengecap lebih peka.
i.
Peranan
otak pada usia 2,5-3 tahun
Ketika seorang anak berusia menjelang
atau tepat 3 tahun, kita sebagai orang tuanya akan melihat banyak sekali
perubahan dalam diri anak. Perubahan-perubahan ini terjadi karena peranan otak
yang semakin berkembang. pada periode ini
otak berperan dalam beberapa hal berikut ini.
·
Mengembangkan
kemampuan motorik
Pada usia ini, anak dianggap sudah siap
untuk bertemu dan bergaul dengan teman sebayanya di play group atau sekolah
khusus persiapan sebelum masuk TK. Anak sudah siap untuk mengembangkan
kemampuan motorik kasarnya seperti melompat, memanjat, menaiki mobil-mobilan.
Ia juga sudah siap untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya seperti
belajar,membaca, berhitung, serta menghafalkan kata-kata dalam bahasa asing.
·
Membantu
eksplorasi kemampuan sensorik
Otak berperan sebagai koordinator dalam
pengembangan tubuh dan perasaan atau kepekaan terhadap diri sendiri,
pengembangan diskriminasi visual, menyocokkan benda-benda nyata dan yang ada
dalam gambar, mengembangkan kemampuan visual dan persepsi, mengoordinasikan
keseimbangan seluruh tubuh, serta mengeksplorasi ilmu pengetahuan, permainan drama,
dan imajinasi.
j.
Peranan
otak pada usia 3-5 tahun
Periode usia 3 tahun sering disebut juga
dengan usia perkembangan. Pada usia ini, anak kerap melawan dan menjadi pribadi
yang sedikit susah diatur, disuruh, atau diberikan tugas. Otak berperan penting
dalam perkembangan anak pada rentang usia 3-5 tahun. Peranan otak pada rentang
usia ini yaitu sebagai berikut.
·
Membantu
proses identifikasi
·
Membantu
anak membangun inisiatif, dan kemampuan dalam memprakarsai suatu hal
·
Mendorong
berkembangnya kemampuan kognitif, verbal, sosial, emosional,psikologis, serta
fisik.
k. Peranan otak pada usia 6-12 tahun
Melewati masa balita, otak anak semakin
berkembang sehingga seluruh kemampuan anak pun semakin bertambah. Peranan otak
ketika anak berusia 6-12 tahun atau usia sekolah dasar antara lain sebagai
berikut.
·
Motivator
Otak berperan sebagai motivator dalam
mendorong keingintahuan anak terhadap dunia sekolah dan pekerjaan, menumbuhkan
rasa kompeten dan menguasai, juga memberikan ketenangan dalam diri anak.
·
Penghasil
persepsi
Otak berperan sebagai penghasil persepsi
akan suatu kegagalan dan konsekuensinya. Anak yang berusia 6-12 tahun sudah mulai
bisa memilih dan mengetahui risiko pilihannya.
l.
Peranan
otak setelah dewasa
Setelah dewasa, otak manusia memiliki
peranan yang lebih dalam lagi, terutama mengenai makna kehidupan. Manusia yang
sudah dewasa dianggap telah matang dalam hal apapun, termasuk berfikir secara
rasional. Mereka juga telah memiliki pemahaman-pemahaman atau prinsip sendiri
yang sulit untuk diubah. Hal ini sangat berbeda dengan ketika manusia masih
berada dalam usia kanak-kanak. Anak-anak mungkin akan mudah sekali dibohongi
atau diiming-iming dengan barang atau janji-janji tertentu yang menggiurkan.
Namun, jika dilakukan kepada orang yang telah dewasa, bisa jadi hal itu akan
menjadi sangat sia-sia.
Kematangan berfikir setiap orang
tentunya berbeda-beda. Ada orang yang sudah dewasa menurut umur, tetapi masih
kekanak-kanakan dalam berfikir. Begitu juga sebaliknya, ada orang yang masih
relatif muda, tapi telah mencapai tingkat kematangan dalam berfikir. Kematangan
ini dapat dilihat dan dinilai dari cara orang dalam menanggapi dan menghadapi
suatu masalah. Mereka yang lancar dalam menggunakan logika dan rasionalitasnya
akan dianggap matang dalam berfikir.
Kemampuan otak orang dewasa dalam
berfikir juga sangat dipengaruhi oleh kombinasi kemampuan dan pengalaman
mereka.setelah manusia dewasa, dengan sendirinya ia akan memiliki minat pada
hal-hal tertentu yang bersifat subyektif. Tingkat kecerdasan dan fungsi otak
akan terbantu dengan adanya tingkat kompensasi. Tingkat kompensasi merupakan
tingkat bantuan atau stimulus dari luar. Misalnya, orang yang pelupa dapat
menggunakan reminder di hand phone untuk mengingatkannya akan suatu hal. Selain
itu, pemilihan bidan pembelajaran pun membantu seseorang untuk mengembangkan
otaknya seiring dengan minat dan bakat. Selebihnya, keberadaan tingkat
kompensasi ini juga sangat dibutuhkan karena pada masa dewasa, tingkat
kedalaman otak sudah mulai berkurang dan digantikan dengan tingkat fungsi
luhur,seperti menentukan pilihan hidup dan memecahkan masalah.
D.
Cara Anak Membangun Pengetahuan
Untuk membangun pengetahuan pada anak
usia dini, dapat dilakukan berbagai jenis kegiatan atau metode pembelajaran,
diantaranya:
a. Pembuatan sudut ( area ) sains/Fisika
Untuk meraih dan melibatkan anak kedalam
pengkajian sains bidang fisika, maka perlu dirancang dan dikembangkan suatu
sudut (area) fisika. Sudut tersebut dikembangkan berdasarkan pada unit-unit
atau tema-tema yang relevan. Sebaiknya sudut ( area ) dikembangkan, secara
periodik mendapatkan perubahan-perubahan seiring dengan tema atau unit yang
dimunculkan.
Ketrampilan proses yang ditekankan:
·
Keterampilan
eksperimen
·
Keterampilan
berkomunikasi
b. Pembuatan buletin board (majalah
dinding)
Sebagai penunjang dan untuk memperkaya
kemampuan sains pada anak usia dini, disekolahpun dapat dikembangkan majalah
dinding yang mengemas tema-tema sesuai dengan ruang lingkup pengembangan sains
pada anak usia dini.
Keterampilan sains yang ditekankan:
·
Kemampuan
menggolongkan
·
Kemampuan
berkomunikasi
c. Menemukan dan menggali sains melalui
metode Discovery-inquiry
Sejumlah unit atau topik yang relevan
untuk pembelajaran dan penggalian sains pada anak usia dini yang dapat
dilakukan secara terintegrasi, misalkan: tema pesan rahasia dari perubahan
kimia, materi dan perubahannya, pendulum, gas sebagai benda cair, bagian-bagian
pesawat, dan sebagainya. Sedangkan khusus yang dapat didemonstrasikan, misalkan
terkait dengan : kekuatan aksi-reaksi, dan sebagainya.
d. Menggunakan kegiatan permainan
Kehebatan permainan dalam menyita
perhatian anak diakui oleh para pendidik anak usia dini. Untuk itu pengenalan
konsep dan keilmuan fisika –kimia melalui permainan, kesan(image) bahwa materi sains
merupakan kajian yang menjenuhkan akan menjadi hilang, karena sajian sains
dikemas secara menyenangkan dan setiap anak dapat mengikutinya.
e. Menggunakan strategi/ metode kunjungan
lapangan
Konsep-konsep dasar yang terkait dengan
fisika sangat banyak tersebar dilapangan, yaitu di masyarakat dan alam. Untuk
mendapat pengalaman yang lebih konkrit dan bermakna tentang sains, maka
anak-anak dapat dibawa berkunjung ke tempat-tempat yang sesuai dengan
topik/tema bidang pengembangan sains.
Sejumlah topik dan tempat yang dapat
dijadikan kunjungan, diantaranya yang
terkait dengan bentuk-bentuk energi tentang daya-gaya dan mesin, konservasi
energi, sasaran lain dapat juga sebagai pilihan misalkan yang bertema : materi
dan susunannya, dan sebagainya.
f. Beberapa contoh pengembangan
Beberapa contoh pengembangan pengemasan
pembelajaran sains dapat disajikan secara terpadu dan menarik dihadapan
anak.dengan penyajian itu, diharapkan anak dapat mengembangkan kemampuan sains
secara utuh, menyeluruh dan mencapai dimensi-dimensi perkembangan anak yang
lebih luas. Akhirnya pengalaman yang diperoleh akan menjadi lebih bermakna dan
fungsional, serta yang terpenting gairah dan
motivasi belajar anak dapat tetap terjaga.
E.
Sains /IPA Sebagai Produk Dan Proses Bagaimana Anak
Mempelajari IPA/Sains
Arah pengembangan program pembelajaran sains sebagai suatu proses ditujukan
pada perencanaan dan aktivitas sains yang dapat membantu anak dalam menguasai
keterampilan yang terkait dengan cara pengenalan dan perolehan sains yang
benar. Cara-cara tersebut sering dikenal sebagai metode sains, atau metode
ilmiah. Pentingnya anak untuk menguasai cara-cara tersebut, karena sains
dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, obyektif dan suatu
proses yang bebas nilai. Dengan ketentuan seperti itu, maka anak usia dini
sejak awal perlu diperkenalkan pada prosedur dan teknik kerjanya secara benar,
sehingga kecakapan-kecakapan tersebut menjadi suatu yang melekat kuat hingga
anak menjadi ilmuan yang sesungguhnya. Adapun sesuai dengan karakteristik
proses sains, maka kemampuan yang dapat diprogramkan dan dilatihkan pada anak usia dini, diantaranya: kemampuan, mengamati,
menggolongkan, mengukur, menguraikan, menjelaskan, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam, merumuskan problem, merumuskan
hipotesis, merancang penyelidikan termasuk eksperimen-eksperimen, mengumpulkan
dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Sedangkan ruang lingkup program pembelajaran sains sebagai produk,
yaitu diarahkan pada perencanaan dan kegiatan sains yang dapat mengenalkan dan
menggali hasil-hasil sains secara lebih bermakna, utuh dan fungsional bagi anak
usia dini. Isi program pembelajaran sains, pada ruang lingkup produk meliputi
penguasaan fakta, konsep prinsip, hukum dan teori (Carin dan Sund,1989;Sinaradi,1998).
Fakta adalah sesuatu yang telah atau sedang terjadi yang dapat berupa keadaan,
sifat atau peristiwa, sedangkan konsep suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai
peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol
tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda (obyek),
peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri, atribut yang melekatnya. Sedangkan
teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi
atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis, dan kebenarannya sudah teruji secara empirik serta
dianggap berlaku secara universal (Hasan,1996).
F.
Cara Memunculkan Penemuan Sendiri Dan Rasa Ingin
Tahu Yang Positif Pada Anak.
Belajar
melibatkan proses-proses konstruktif tidak
dengan sendirinya membuat anak mampu mendorong
proses-proses tersebut secara efektif(K.R. Harris & Alexander,1996).
Para ahli psikologi kongnitif percaya bahwa
banyak cara membantu siswa mengostruksi basis
pengetahuan yang kaya dan lebih cangih. Di sini dapat di eksplorasi beberapa
pendekatan yang telah di definisikan oleh para ahli psikologi kontemporer dan pendidik
diantaranya :
a. Menyediakan kesempatan untuk Melakukan percobaan
b. Menyajikan prespektif ahli
c.
Menekankan
pemahaman konseptual
d. Mendorong dialog di kelas
e. Memberikan aktifitas-akifitas otentik
f. Merancah konstruksi teori
g. Membentuk komunitas pembelajaran
a.
Menyediakan kesempatan untuk Melakukan percobaan melalui
interaksi dan uji coba dengan objek-objek di sekitar mereka , merekadapat menemukan
dari dekat beberapa karakteristik dan prinsip dunia ( Fosnot,1996; Minogue
& Jones, 2006; Moreno,2006).
Seperti pencampuran warna –warna cat air
atau cat minyak yang kemudian berubah warna karena pencampuran warna dan menghasilkan
warnabaru yang berbedadari kedua warna yang di campur
b.
Menyajikan prespektif ahli pengetahuan
di konstruksikan tidak hanya oleh
orang yang bekerja secara mandiri tapi juga orang yang
bekerja secara bersama selama bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad untuk
memahami fenomena yang rumit.meskipun terkadang bermanfaa tmeminta anak
menemukan prinsip-prinsip dasar bagi diri mereka sendiri, begitu juga dengan
para ahli dan sebagainya yang di kembangkan masyarakat yang menjelaskan baik
aspek f isik maupun aspek psikologis pengalaman
manusia (r. driver, 1995; fygotsky, 1962).
c.
Menekankan pemahaman konseptual
Semakin sering anak membentuk kesaling
keterkaitan dalam sebuah materi yang mereka pelajari dengan kata lain,
semakin baik mereka mengorganisasikannya
semakin mudah mereka mengingat dan menerapkan dikemudian hari (L.M. _,1993,
Bedarddan chi, 1992; j.j. WhaitdanRumsy, 1994). Berikut ini adalah beberapa
cara pembantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual mengenai materi
pelajaran dikelas :
1. Organisasikan materi ajar kedalam
beberapa gagasan atau tema inti, dengan
selalu mengaitkan konten spesifik dengan tema inti tersebut.
2. Menggali semua topic secara mendalam
dengan mepertimbangkan banyak contoh,
meneliti hubungan sebab akibat, dan menemukan bagaimana detil-detil yang
spesifik berkaitan dengan prinsip-prinsip yang lebih umum.
3. Menjelaskan bagaimana gagasan baru
berhubungan dengan pengalaman personal anak dengan hal-hal yang telah dipelajari anak sebelumnya
disekolah.
4. Menunjukan kepada anak melalui
kata yang diucapkan,
tugas yang diberikan, dan
kriteria yang kita gunakan untuk
mengevaluasi pencapaian anak bahwa
pemahaman kondseptual terhadap materi yang diajarkan jauh lebih penting
daripada pengetahuan mengenai fakta yang terisolasi dari konteksnya.
5. Meminta siswa mengajarkan apa yang telah
mereka pelajari kepada orang lain. Tugas ini mendorong mereka untuk focus pada
yang diajarkan dan menghubungkan gagasan gagasan utama sedemikian rupasehingga
dapat dipahami.
d.
Mendorong dialog di kelas
Mengidentifikasi sejumlah manfaat
meminta anak mendiskusikan secara bersama-sama satu topik pembelajaran.
Umumnya, siswa mampu mengingat berbagai gagasan dan pengalaman baru secara
lebih efektif dan akurat ketika mereka membahas masalah secara bersama-sama
(hacker,1998; schankdan Abelson 1995
e.
Memberikanaktifitasakifitasotentik
Beberapa ahli kognitif kontemporer
rmengemukakan bahwa siswa dapat mengonstruksi
basis pengetahuan yang lebih terintegrasi dan berguna apabila
mereka mempelajari topic dalam konteks aktifitas-aktifitas otentik, yaitu
aktifitas yang mirip dengan apa yang mereka sering jumpai diluar sekolah. Sebagai
contoh, metamormfosis kupu-kupu.
f.
Merancah konstruksi
teori
Seperti yang dilihat, anak-anak mulai
membentuk teori mengenai beragam aspek dari dunia mereka jauh sebelum mulai
sekolah. Satu tujuan pentin g setiap kurikulum akademis adalah membantu siswa
mengembangkan dan merevisi teori-teori
ini agar selaras dengan teori-teori yang
telah dikembangkan para ahli selama puluhan tahun bahkan ratusan tahun
melakukan penelitian sistematis.
g.
Membentuk komunitas pembelajaran
Mengingat manfaat dialog dan
bentuk-bentuk interaksi siswa yang lain serta tujuan meningkatkan kontruksi makan secara social
beberapa ahli psikologi dan pendidik
menyerahkan agar membentuk suatu pelajar
yaitu kelas dimana kita dan siswa secara konsisten saling mebantu dalam belajar
(A L. Brown &Campione, 1994; Prawat, 1992; Roggof, Matusov, & White,
1996)
Memunculkan penemuan sendiri dan rasa ingin tahu yang
positif pada anak tidak lepas dari peran guru untuk selalu memberikan rangsangan atau inovasi baru dalam pembelajaran. Secara lebih rinci
peran guru sains pada pengembangan program
pembelajaran sains bagi anak usia dini
diantaranya:
a) Guru sebagai perencana
Perencana artinya menentukan
alternatif-alternatif yang terkait dengan kebutuhan program sains. Dalam melaksanakan perannya, ia dapat sendiri, dengan tim atau bahkan
bersama anak. Bahkan mampu merencanakan kegiatan
bersama atau melibatkan anak, program sains akan jauh lebih bermakna
dari sudut pandang anak.karena mereka akan lebih meningkat gairahnya dalam
menggali sains, yang merupakan refleksi dari komitmen anak dilibatkan oleh
guru. Walaupun terdapat beberapa teknis khusus dalam menjaring keinginan anak,
tetapi jika mampu menjalin kedekatan dengan anak, maka semuanya dapat dilakukan
dengan lancar.
b) Guru sebagai inisiator
Dalam kegiatan sains, kita sering
melihat ada anak mendapatkan kebutuhan dalam menindaklanjuti atau memulai
kegiatan. Jika terjadi seperti itu, guru dapat masuk sebagai pembuka gagasan
atau inisiatif. Tetapi jangan sampai mengambil alih inisiatif anak, terutama
kegiatan yang sedang dilakukan anak dengan penuh konsentrasi. Jika anda dapat
membuka dengan angka 1, maka jangan tambahkan dengan angka 2, biarlah anak yang
mengeksplorasi dan melakukan pencarian selanjutnya.
c) Guru sebagai fasilitator
Guru punya kewajiban memberi kemudahan
dan keleluasaan terhadap anak untuk melakukan kegiatan sains. Ciptakan suasana
kondusif, penuhi kebutuhan alat dan bahan, serta sediakan waktu yang cukup
untuk beraktifitas bagi anak.jika itu dilakukan, berarti anda sudah menjadi
guru sains yang mengerti akan kebutuhan anak.
d) Guru sebagai observer
Mengamati aktivitas anak, dapat berupa
pengamatan intensitas maupun kesulitan anak sehingga diketahui saat yang tepat
anda dalam memberikan bantuan belajar sains pada anak-anak.
e) Guru sebagai elaborator
Mengajukan beberapa pertanyaan yang merangsang anak, sehingga dapat lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran sains yang dilakukan semua anak.
f) Guru sebagai motivator
Mendukung, mendorong dan memberi
penguatan terhadap kegiatan pembelajaran sains anak. Tetapi pemberian motivasi
janganlah sampai dipaksakan, karena akibatnya bukan mendorong anak tetapi malah
merusak kegiatan sains anak. Lakukanlah motivasi secara wajar dan luwes.
g) Guru sebagai antisifator
Memprediksi faktor-faktor yang diduga
akan berpengaruh pada anak, terutama yang akan mencelakakan anak. Jika kegiatan
banyak melibatkan alat dan bahan yang mudah melukai, maka sebaiknya dilakukan
penyampaian tata tertib dan tata cara pemakaian yang benar. Jangan sampai gelas
ukuran jatuh, pecah melukai anak. Kejelian guru dalam mengamati berbagai
kemungkinan, akan meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam kegiatan sains
anak.
h) Guru sebagai model
Biasanya terdapat beberapa kegiatan
sains yang masing-masingbagi anak, terutama terkait dengan penggunaan alat-alat
sains yang bersifat formal, seperti thermometer. Guru sebagai model dapat
menunjukkan cara, sikap dan ketekunan terkait dengan penggunaan perangkat sains
tersebut.
i)
Guru
sebagai evaluator
Peran sebagai evaluator secara umum sama
sebagaimana yang telah dibahas pada uraian sebelumnya. Tetapi inti peran guru
sebagai evaluator dalam kegiatan sains anak adalah melakukan pengamatan yang
benar dan tepat, melakukan pencatatan secara akurat, serta berupaya membuat
laporan yang sesuai dengan perkembangan anak yang sesungguhnya.
j)
Guru
sebagai teman yang bereksplorasi bersama anak.
Anak akan senang bila gurunya juga aktif
dalam kegiatan, bukan penonton. Bahkan anak akan jauh menerima kehadiran guru,
apabila gurulah yang berusaha memahami perilaku anak, jangan anak yang dituntut
untuk memahami perilaku guru.
k) Promotor agar anak menjadi pembelajar
sejati
Selalu mendorong dan memberikan
kesempatan untuk anak agar rajin dan giat membaca, karena buku merupakan sumber
sains yang sangat kaya. Mendorong agar anak rajin menelaah sendiri, mencari
keterangan serta pandangan baru melalui bahan pustaka maupun melalui bertanya
pada pihak lain.
Selain kegiatan guru dalam melaksanakan
dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran sains, untuk meng optimalkan tujuan
sains secara utuh, maka para guru hendaklah:
·
Dalam
membimbing kegiatan sains mengarahkan anak-anak untuk aktif mengerjakan
sendiri, serta aktif berfikir sendiri secara teratur,kritis dan jujur.
·
Arahkanlah
anak-anak untuk aktif mengadakan observasi dan penyelidikan-penyelidikan
sendiri dengan alat-alat yang ada, baik di rumah maupun dilingkungan sekitar.
Atau membuatsendiri alat/media yang dipergunakan dengan bahan-bahan sederhana.
Makin sederhana alat/medianya makin baik untuk anak, terlebih jika hasilbuatan
sendiri.
·
Berusaha
memperkaya daya kreasi, serta aktif menggali segala potensi anak dan
mempergunakannya dalam pembelajaran sains secara optimal.
·
Berusaha
mendorong dan meningkatkan minat serta mempertajam daya observasi ( pengamatan)
setiap anak, karena kemampuan observasi merupakan kunci pokok untuk sukses
dalam menyelami sains.
·
Mencoba
dan mengembangkan segala yang ditemukan dalam kegiatan sains yang dikaitkan
dengan dimensi keilmuan lainnya, misalnya dengan matematika,ilmu sosial, ilmu
bahasa, dsb. Sehingga tercipta suatu pengajaran terpadu yang lebih bermakna dan
fungsional bagi anak.
·
Terakhir
adalah memperbesar kemauan serta hasrat untuk membaca, menggali buku serta
mengembangkan yang diperolehnya oleh anak selama pembelajaran sains. Dengan
demikian kecintaan anak akan sains tidak berhenti disekolah, tetapi dimanapun
ia berada, maka diharapkan minatnya terhadap sains tumbuh dan terpelihara
secara baik.
BAB III
I.
KESIMPULAN
Jika direnungkan secara seksama , proses
sains bagi anak-anak yang dapat mengantarkannya menuju seorang saintis
yang hebat, dapat ditegaskan ternyata
setiap anak berpotensi untuk menjadi seorang saintis, karena anak dilengkapi
dengan banyak atribut untuk menempuh pengalaman-pengalaman sains.
Kegiatan-kegiatan sains yang telah dicontohkan atau dikemukakan pada anak,
mungkin kita melihatnya dalam kehidupan sehari-hari berkaitan anak-anak
dilingkungan kita yang sedang beraktivitas sains, semuanya ternyata dapat
dilakukan oleh anak secara menakjubkan. perkembangan dan kemampuan anak dalam
penguasaan sains sangat tergantung pada para pendidik, apakah kegiatan sains
tersebut difasilitasi secara optimal atau tidak.
II. SARAN
Sebagai
seorang pendidik, maka tugas kita harus
memberikan rangsangan atau stimulus kepada anak didik agar semua peserta didik
mempunyai ketertarikan dan rasa ingin tahu yang besar untuk mempelajari sains.
Karena dengan merangsang keingintahuan dan memberikan media serta mendorong anak untuk meneliti
serta bereksplorasi dengan lingkungannya bukan tidak mungkin kita akan
menciptakan generasi saintis yang cemerlang di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Adang,
Juariah.2009.Gerakan Meningkatkan
Kecerdasan Anak, Jakarta:
Penebar Plus.
Back, Joan. 2001. Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Pustaka Dalaprasta.
Ellis Ormrod,Jean.2009.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Erlangga.
Gunadi,tri.2009. gerakan meningkatkan kecerdasan anak. Jakarta:Penebar Plus.
Gunadi,Tri.2012.Optimalkan Otak Kanan-Kiri,Otak Tengah,Otak
Kecil.Jakarta:Penebar Plus.
Nugraha, Ali.2005.Pengembangan Pembelajaran Sains Pada
Anak Usia Dini. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Putra, Yoan.2008. Memori Dan Pembelajaran
Efektif.Bandung:Yrama Widya.
Belajar melibatkan proses-proses
konstruktif tidak dengan sendirinya membuat
anak mampu mendorong proses-proses
tersebut secara efektif(K.R. Harris & Alexander,1996). Para ahli psikologi kongnitif percaya bahwa banyak cara membantu siswa mengostruksi
basis pengetahuan yang kaya dan lebih cangih.
Di sini dapat di eksplorasi beberapa pendekatan yang telah di definisikan oleh para
ahli psikologi kontemporer dan pendidik diantaranya :
h. Menyediakan kesempatan untuk Melakukan percobaan
i.
Menyajikan
prespektif ahli
j.
Menekankan
pemahaman konseptual
k. Mendorong dialog di kelas
l.
Memberikan
aktifitas-akifitas otentik
m. Merancah konstruksi teori
n. Membentuk komunitas pembelajaran
h.
Menyediakan kesempatan untuk Melakukan percobaan melalui
interaksi dan uji coba dengan objek-objek di sekitar mereka , merekadapat menemukan
dari dekat beberapa karakteristik dan prinsip dunia ( Fosnot,1996; Minogue
& Jones, 2006; Moreno,2006).
Seperti
pencampuran warna –warna cat air atau cat minyak yang kemudian berubah warna karena
pencampuran warna dan menghasilkan warnabaru yang berbedadari kedua warna yang
di campur
i.
Menyajikan prespektif ahli pengetahuan
di konstruksikan tidak hanya oleh orang yang bekerja secara mandiri tapi juga orang yang
bekerja secara bersama selama bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad untuk memahami
fenomena yang rumit.meskipun terkadang bermanfaa tmeminta anak menemukan
prinsip-prinsip dasar bagi diri mereka sendiri, begitu juga dengan para ahli dan
sebagainya yang di kembangkan masyarakat yang menjelaskan baik aspek f isik maupun
aspek psikologis pengalaman manusia (r.
driver, 1995; fygotsky, 1962).
j.
Menekankan pemahaman konseptual
Semakin
sering anak membentuk kesaling keterkaitan dalam sebuah materi yang mereka pelajari
dengan kata lain, semakin baik mereka mengorganisasikannya
semakin mudah mereka mengingat dan menerapkan dikemudian hari (L.M. _,1993,
Bedarddan chi, 1992; j.j. WhaitdanRumsy, 1994). Berikut ini adalah beberapa cara
pembantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual mengenai materi pelajaran dikelas
:
6. Organisasikan materi ajar kedalam beberapa
gagasan atau tema inti, dengan selalu mengaitkan
konten spesifik dengan tema inti tersebut.
7. Menggali semua topic secara mendalam dengan
mepertimbangkan banyak contoh, meneliti hubungan
sebab akibat, dan menemukan bagaimana detil-detil yang spesifik
berkaitan dengan prinsip-prinsip yang lebih umum.
8. Menjelaskan bagaimana gagasan baru berhubungan
dengan pengalaman personal anak dengan hal-hal yang telah dipelajari anak sebelumnya disekolah.
9. Menunjukan kepada anak melalui kata yang
diucapkan, tugas yang diberikan, dan kriteria yang kita gunakan untuk mengevaluasi pencapaian anak bahwa pemahaman kondseptual terhadap materi
yang diajarkan jauh lebih penting daripada pengetahuan mengenai fakta yang terisolasi
dari konteksnya.
10. Meminta siswa mengajarkan apa yang telah
mereka pelajari kepada orang lain. Tugas ini mendorong mereka untuk focus pada
yang diajarkan dan menghubungkan gagasan gagasan utama sedemikian rupasehingga dapat
dipahami.
k.
Mendorong dialog di kelas
Mengidentifikasi
sejumlah manfaat meminta anak mendiskusikan secara bersama-sama satu topik pembelajaran.
Umumnya, siswa mampu mengingat berbagai gagasan dan pengalaman baru secara lebih
efektif dan akurat ketika mereka membahas masalah secara bersama-sama
(hacker,1998; schankdan Abelson 1995
l.
Memberikanaktifitasakifitasotentik
Beberapa
ahli kognitif kontemporer rmengemukakan bahwa siswa dapat mengonstruksi basis pengetahuan
yang lebih terintegrasi dan berguna apabila
mereka mempelajari topic dalam konteks aktifitas-aktifitas otentik, yaitu aktifitas
yang mirip dengan apa yang mereka sering jumpai diluar sekolah. Sebagai contoh,
metamormfosis kupu-kupu.
m.
Merancah konstruksi
teori
Seperti
yang dilihat, anak-anak mulai membentuk teori mengenai beragam aspek dari dunia
mereka jauh sebelum mulai sekolah. Satu tujuan pentin g setiap kurikulum akademis
adalah membantu siswa mengembangkan dan merevisi teori-teori ini agar selaras dengan teori-teori yang telah dikembangkan
para ahli selama puluhan tahun bahkan ratusan tahun melakukan penelitian sistematis.
n.
Membentuk komunitas pembelajaran
Mengingat
manfaat dialog dan bentuk-bentuk interaksi siswa yang lain serta tujuan meningkatkan kontruksi makan secara social
beberapa ahli psikologi dan pendidik menyerahkan
agar membentuk suatu pelajar yaitu kelas
dimana kita dan siswa secara konsisten saling mebantu dalam belajar (A L. Brown
&Campione, 1994; Prawat, 1992; Roggof, Matusov, & White, 1996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar